Total Tayangan Halaman

Senin, 11 April 2011

Filosofi Fotografi untuk foto manusia



1. Making pictures vs Taking Pictures
Rick membahas tentang pentingnya mengkoregrafikan / directing objek model supaya mendapatkan hasil foto maksimal. Dalam hal ini Rick bukan seorang fotografer yang suka mengambil gambar snap shot/candid.

2. Dari Kepala sampai ujung jari

Ambil gambar berbagai zoom, dari close up sampai full body. Juga hal2 kecil
seperti jari, sepatu dan aksesoris, bagian tubuh yang menarik.

3. Kesan Tempat
Foto orang, harus mempertimbangkan background / latar belakang. Latar
belakang akan bercerita akan kesan 'tempat' dan latar belakang yang
sesuai akan meningkatkan menariknya sebuah foto.

4. Jangan posisikan orang/objek ditengah frame.
Rick mengatakan bahwa memposisikan objek utama ditengah frame tidak kreatif. Orang yang melihat foto akan terpatok pada objek tersebut saja.
Ketika kita memposisikan objek utama agak ke kiri atau kekanan, akan
terlihat lebih menarik dan mata pemandang foto akan melihat tidak hanya
ke objek tapi ke seluruh elemen foto. (Dikenal juga rule of third).
Rick juga mengatakan bahwa kadang ada objek yang difoto ditengah-tengah
misalnya foto close up.

5. Horizontal atau Vertikal (Portrait or Landscape)
saran Rick, foto objek yang sama dengan orientasi berbeda.

6. Diam bukan Emas
Dalam memotret orang, fotografer harus mengajak model untuk berbicara, supaya model merasa nyaman dan juga bisa secara natural mengeluarkan ekspresi yang diharapkan, seperti senang, sedih, marah dan sebagainya.

7. Pergi ke Lokasi yang menarik dan melatih kepekaan
Dengan pergi ke tempat yang belum pernah pergi sebelumnya atau
tempat-tempat eksotik, kita bisa mengambil gambar yang baik dan juga
melatih kepekaan kita. Sulit terinspirasi di tempat tinggal kita sendiri.

8. Potret Close up vs Potret lingkungan

Rick menyarankan mengambil dua jenis gambar, satu close up, satu
foto orang berinteraksi dengan lingkungan misalnya ngobrol dan beraktifitas
dengan orang lain. Kalau harus memilih salah satu, Rick mengatakan
foto orang dengan lingkungan lebih penting.

9. Latar Belakang itu Penting
Dalam foto orang, latar belakang menceritakan banyak hal, terutama
latar belakang yang bisa menceritakan asal usul orang tersebut, misalnya
hobi, tempat tinggal, tempat kerja dsb.

10. Membayar orang yang difoto
Dalam foto-foto orang di jalan, Rick terbiasa membayar objek fotonya,
jika anak-anak, Rick tidak memberikan uang secara langsung, misalnya kalau
Rick foto di sekolah, dia akan memberikan sumbangan ke sekolah tersebut,
atau membagikan oleh-oleh.

11. Perhatikan pakaian Model
Warna2 cerah seperti Merah, akan menarik perhatian sedangkan warna-warna monocrome seperti abu2 akan memendam objek. Perhatikan warna demi mendapatkan hasil yang sesuai.

12. Body Language dan Gestures (Bahasa Tubuh dan gerakan tangan)
Bahasa tubuh selain ekspresi muka, akan berbicara banyak tentang model.
Misalnya menggambarkan model tersebut tomboi atau feminim.

13. Sudut Atas atau bawah
Mengambil foto dari sudut bawah akan membuat objek terlihat lebih gagah,
superior sedangkan dari atas, model akan tampak inferior.
Sesuai kebutuhan, foto dengan menyesuaikan tinggi mata model dengan
kamera menghasilkan foto yang paling realistis.

14. Pilih Lokasi
Jangan segan2 mengajak objek untuk berpindah tempat yang lebih menarik.

15. Menambah aksesoris
Aksesoris tambahan seperti topi, kacamata hitam, tongkat, dan lainnya
akan membuat model lebih menarik (bila dibutuhkan).

16. Melihat gambar didalam gambar
Dalam mengambil foto, kadang2 di dalam gambar terdapat objek
di latar belakang atau depan yang menarik.

17. Kehadiran manusia di dalam foto pemandangan menjelaskan ukuran.
Dengan adanya bentuk tubuh manusia dalam padang gurun yang luas,
akan memberikan gambaran perbandingan ukuran.

18. Berpikir secara kreatif
Selalu berpikir bagaimana dan mencari komposisi yang menarik dan yang
'tidak biasa'.

19. Mengambil gambar candid/snap shots/ fun pics
Kunci dari mengambil gambar yang candid adalah bawa kamera kamu
kemana aja, dan disaat ada peristiwa yang menarik kita selalu siap.

Rabu, 06 April 2011

Tanggulangi Depresi Secara Tepat


Depresi kerap disamakan dengan kesedihan yang biasa terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, tidak dianggap penyakit, apalagi gangguan jiwa. Bahkan, di
lingkungan budaya tertentu, Depresi dianggap sebagai kelemahan kepribadian atau
karakter.

Kuatnya pengaruh budaya dan kepercayaan mendorong masyarakat mencari
pertolongan atas depresi yang diderita lewat paranormal atau pengobatan
tradisional. Karena ketidaktahuan masyarakat itulah, muncul sejumlah mitos dan
konsepsi keliru mengenai depresi. Beberapa mitos menyebut: depresi dapat di
atasi sendiri, depresi dianggap lemah pikiran dan mental, atau pasien depresi
dianggap melakukan suatu dosa.

Semua itu tentu tidak benar. Yang pasti, depresi siapapun penderitanya dapat
memengaruhi suasana hati, kondisi fisik, dan pikiran Anda. Perasaan itu bisa
sedemikian kuat sehingga kehidupan Anda sehari-hari terganggu. Depresi juga
bisa membuat Anda merasa bersalah dan merasa tidak berguna meski Anda telah
melakukan apa saja yang menurut Anda terbaik. Gara-gara depresi, Anda pun
mungkin tidak berminat terhadap hal-hal yang sebelumnya Anda sukai. Karena
depresi pula, energi Anda terkuras sehingga tubuh merasa letih dan lelah. Dan
yang paling parah, depresi juga bisa menggiring seseorang melakukan bunuh diri.

Semua gejala depresi itu muncul akibat ketidakseimbangan neurotransmitter
(zat penghantar dalam sistem syaraf) seperti serotonin, (neurotransmitter yang
mengatur perasaan), norepinefrin (neurotransmitter yang mengatur energi
interest), dan dopamine (neotransmitter yang mengatur minat) di berbagai bagian
otak kita.

Depresi tidak mengenal batas usia, jenis kelamin, kedudukan, suku, maupun
ras. Sementara faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab depresi adalah genetik
(keturunan), biologis, kepribadian, dan psikosial. Sebuah studi menunjukkan,
anak kandung dari orangtua yang menderita depresi berisiko lebih tinggi
mengalami depresi walaupun diasuh oleh orangtua angkat yang tidak depresi.

Depresi merupakan gangguan mental yang paling banyak menimbulkan beban
distabilitas. Depresi dapat meningkatkan morbiditas (kesakitan), mortalitas
(kematian), risiko bunuh diri, serta berdampak pada penurunan kualitas hidup
pasien dan seluruh keluarga. Sayangnya, sampai saat ini depresi masih belum
dapat dipahami secara baik oleh masyarakat.

Padahal, berbagai penelitian menunjukkan, pasien dengan gangguan depresi
merasakan adanya keluhan fisik dan gangguan mental. Mengutip hasil studi
mengenai hubungan depresi dan gejala somatik yang dilakukan Simon GE pada 1999,
dikatakan, sebanyak 69 persen pasien dengan gangguan depresi mengemukakan
keluhan fisik.

Keluhan fisik dan gangguan mental bisa datang pada saat bersamaan. Keadaan
ini akan memperburuk prognosis. ''''Mereka yang mengalami penyakit fisik berisiko
mengalami gangguan mental 3,5 kali lebih besar daripada mereka yang sehat,''''

Makin berat penyakit fisik makin besar pula kemungkinan untuk mengalami
gangguan mental. Penyakit fisik yang paling sering menjadi pencetus gangguan
mental adalah penyakit neurologik, jantung, paru-paru kronis, kanker, cacat
fisik, dan arthritis (radang sendi). Sedangkan gangguan mental yang paling
sering terjadi adalah kecemasan dan depresi.

Terapi
Penderita depresi perlu melakukan terapi secara tepat. Hal ini untuk
menghindari konsekuensi bila tidak mencapai kesembuhan. Konsekuensi yang
dimaksud yaitu: kendala psikososial berkepanjangan, memperburuk prognosis,
menambah beban pelayanan medis, meningkatnya risiko bunuh diri dan
penyalahgunaan zat, serta meningkatnya risiko kekambuhan.

Adapun tujuan terapi depresi adalah meningkatkan kualitas hidup, mengurangi
atau menghilangkan gejala, mengembalikan peran dan fungsi, mengurangi risiko
kekambuhan, serta mengurangi risiko kecacatan atau kematian. Namun, ada faktor
yang memengaruhi hasil terapi, yakni pasien, masyarakat, dokter, dan obat.

Pada pasien biasanya berupa ketidakpatuhan karena berbagai sebh
satunya tidak peduli. Pada masyarakat atau lingkungan adalah karena mitos,
kepercayaan, dan stigma. Dokter juga bisa memberi pengaruh yang tidak baik pada
hasil terapi, misalnya jika dokter kurang mengenali gejala depresi. Sedangkan
pada obat, biasanya menyangkut efektivitas, efek samping, kemudahan, dan harga.

Khusus mengenai obat, penderita depresi sebaiknya menggunakan obat
antidepresan serotonin nor epinefrin reuptake inhibitor (SNRI). Mengapa
SNRI? Sebab, obat ini mampu bekerja ganda yakni menghambat reuptake
serotonin dan nor epinephrine. Penelitian oleh Wyeth Pharmaceutical
menunjukkan, golongan obat SNRI dapat mempertahankan keseimbangan sejumlah zat
kimia dalam otak yakni serotonin dan norepinefrin, sehingga mencegah kekambuhan
dan dan berulangnya depresi. Obat ini juga bekerja dengan cepat. Dengan dosis
sekali sehari, efeknya telah dapat dirasakan oleh pasien setelah empat hari
penggunaan. bur

Jangan Berdiam Diri

Banyak hal bisa membuat seseorang merasa cemas, stres, dan akhirnya jatuh ke
jurang depresi. Jika suatu kali Anda pun merasakan gejala-gejala depresi,
jangan berdiam diri. Segeralah bertindak untuk menolong diri Anda sendiri.
Bagaimana caranya? Langkah-langkah berikut mudah-mudahan bisa membantu Anda.

* Bersikaplah realistis, jangan terlalu idealis.
* Kalau Anda punya tugas atau pekerjaan yang menggunung, bagilah tugas-tugas
itu dan buat prioritas. Lakukan tugas yang memang bisa Anda kerjakan.
* Jika punya masalah, jangan pendam sendiri. Cobalah ''curhat'' pada orang yang
Anda percayai. Biasanya, hal ini akan membuat perasaan lebih nyaman dan ringan.

* Cobalah ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang bisa membuat hati Anda
senang, semisal berolahraga, nonton film, atau ikut dalam aktivitas sosial.
* Berusahalah untuk selalu berpikir positif.
* Jangan ragu dan malu untuk meminta bantuan pada keluarga atau teman-teman.
Diterbitkan di: September 14, 2007